Renungan WVI
Posted: Rabu, 16 November 2011 by THE WAY OF LIFE in
0
Betapa kerap seorang pegiat sosial memulai
karyanya dengan sebuah impian besar:”dunia harus berubah dan Tuhan memanggil
saya untuk melakukannya.” Keyakinan itu muncul dengan sangat kuatnya.Tak
sedikit orang kristen.mungkin juga kita.bahkan dengan sukarela mempersiapkan
diri sebaik mungkin untuk memasuki sebuah komunitas yang miskin dan perlu
ditolong.Ketika seluruh persaiapan fisik,mental dan pengetahuan dirasa
cukup,berangkatlah kita dengan penuh idealisme menggebu.serangkaian rancangan
proyek sudah berkecamuk di benak,bahkan sebelum sampai ke tempat kita
berkarya.Semua sudah siap dikerjakan dan mimpi siap diwujudkan.
Di
awal karya kita,ucapan Yesus seakan bergaung sangat jelas:”lihatlah
sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk
dituai”(Yoh 4:35). Sekaranglah saatnya,tak bisa ditunda lagi.hari demi haripun
dilalui dengan penuh semangat.
Tetapi,
ketika setelah sekian lama, kita mulai bertanya-tanya,”mengapa ladang yang
menguning tak juga siap dituai?”mengapa tak ada perubahan berarti?mengapa
mereka tidak mau menerima kita dengan terbuka?dan serangkaian pertanyaan
lainnya,”
Kemiskinan
didepan mata tak juga teratasi,malah makin mendalam.satu atau dua anak mungkin
berhasil diyakinkan untuk bersekolah.Namun,bagaimana dengan puluhan anak
lainnya?Dan kalkulasipun dilakukan.Mulai dari kalkulasi waktu yang sudah
dihabiskan dibandingkan dengan berapa banyak waktu kedepan yang tersisa,hingga
kalkulasi tenaga dan uang yang “terbuang.”Bahkan,kalkulasi iman!-“mengapa Tuhan
diam saja,sementara aku bekerja keras,penuh kerelaan,demi Dia.”
Tiba-tiba,kita
merasa tidak mengenal lagi orang-orang yang selama ini kita layani.Mereka kini
terasa asing.jangan-jangan,selama ini kita sesungguhnya tidak melayani
mereka,namun melayani harapan dan impian kita sendiri.Dan mereka,orang-orang
itu,membantu kita memenuhi semua idealisme kita.
Ladang
memang sudah menguning dan siap dituai.Namun para penuai ternyata tak sebaik
yang dibutuhkan.Komunitas tempat kita berkarya tak juga berubah.Dan kalaupun
berubah,ternyata malah makin memburuk.Jika begini,apa lagi yang dapat membuat
karya kita penuh sukacita?
Worldvisionindonesia”diremangpagi”